Biota Laut Terancam Punah
Topik
TEMPO.CO, Oslo
- Biota laut tengah menghadapi masalah serius: kepunahan massal.
Kombinasi dari temperatur tinggi, pengasaman, dan minimnya oksigen
menjadi faktor mematikan yang menggerogoti kesehatan samudera.
Kecepatannya melebihi perkiraan semula.
Berbagai bentuk
kehidupan di laut berada dalam risiko kepunahan terburuk sepanjang masa.
Sebuah studi mengungkapkan bahwa perubahan iklim dan penangkapan ikan
secara berlebihan mengancam kehidupan berbagai organisme laut.
Studi yang dilakukan oleh International Programme on the State of the
Ocean (IPSO) menunjukkan bahwa gangguan terhadap terumbu karang atau
meluasnya "zona mati"--perairan yang memiliki kandungan oksigen amat
rendah--sulit ditangani dalam waktu singkat.
Laporan tersebut
menyatakan masalah yang disebabkan oleh pemanasan global dan berbagai
faktor lain akan bertambah buruk bila seluruh faktor bergabung satu sama
lain.
"Kita menghadapi punahnya beberapa spesies laut dan
seluruh ekosistem laut, seperti terumbu karang dalam satu generasi,"
demikian isi laporan studi itu kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Laporan itu menyebutkan bahwa perubahan yang mempengaruhi sejumlah laut
di berbagai belahan bumi terjadi jauh lebih cepat daripada skenario
terburuk yang diprediksi dalam beberapa tahun terakhir.
Laporan yang melibatkan 27 peneliti kelautan tersebut juga mengingatkan
perlunya dunia segera mengambil tindakan untuk mengantisipasi
kemungkinan tersebut.
"Bila tidak segera diatasi, konsekuensi
dari aktivitas manusia akan berisiko menyebabkan peristiwa kepunahan
massal di laut melalui kombinasi efek perubahan iklim, eksploitasi
berlebihan, dan kerusakan habitat," kata para peneliti.
Mereka
telah mendata lima kepunahan massal selama 600 juta tahun. Peristiwa
terbaru adalah ketika dinosaurus menghilang dari muka bumi sekitar 65
juta tahun lampau yang diperkirakan akibat tumbukan asteroid. Periode
Permian juga berakhir secara tiba-tiba pada 250 juta tahun silam.
"Penemuan ini sangat mengejutkan," kata Alex Rogers, Direktur Ilmiah
IPSO, dalam kesimpulannya tentang hasil lokakarya para pakar kelautan
2011 yang digelar oleh IPSO dan International Union for Conservation of
Nature (IUCN) di Oxford University, Inggris.
Kepunahan massal
organisme laut akan berdampak besar pada umat manusia. Ikan adalah
sumber utama protein bagi seperlima populasi dunia. Laut juga membantu
mendaur oksigen dan menyerap karbon dioksida, gas rumah kaca yang
sebagian besar berasal dari aktivitas manusia.
Jelle Bijma,
peneliti dari Alfred Wegener Institute, mengatakan laut menghadapi
ancaman "trio mematikan", yaitu temperatur tinggi, pengasaman atau
acidification, dan minimnya oksigen (
anoxia). Ketiga faktor yang berbahaya bagi kesehatan laut itu terlibat dalam beberapa kepunahan massal sebelumnya.
Penumpukan karbon dioksida dari bahan bakar fosil dituding oleh panel
ilmuwan iklim PBB sebagai penyebab pemanasan global. Gas rumah kaca itu
diserap oleh laut dan memicu terjadinya pengasaman air laut. Sementara,
polusi dan sisa pupuk yang terbawa sungai ke samudera menyebabkan
anoxia yang memicu terjadinya "zona mati".
"Dari sudut pandang geologi, kepunahan massal terjadi hanya dalam waktu
semalam. Namun, dalam skala waktu manusia, kita mungkin tidak menyadari
sedang berada di tengah-tengah peristiwa tersebut," kata Bijma.
Studi mengatakan bahwa tindakan yang paling mudah dilakukan oleh
berbagai negara untuk memutarbalikkan kondisi itu adalah membatasi
penangkapan ikan. Pemerintah di tiap negara juga harus segera menekan
laju pemanasan global dengan beralih dari bahan bakar fosil, misalnya,
ke energi yang lebih bersih, seperti tenaga surya dan angin.
"Berbeda dengan perubahan iklim, hal ini dapat langsung ditanggulangi
dengan cepat dan efektif oleh perubahan kebijakan," kata William Cheung
dari University of East Anglia. "Penangkapan ikan secara berlebihan
diperkirakan bertanggung jawab atas lebih dari 60 persen kepunahan
spesies ikan laut, baik lokal maupun global."
Salah satu
spesies ikan yang menjadi korban penangkapan ikan tak terkendali adalah
ikan bahaba Cina, yang dapat tumbuh sepanjang 2 meter. Harga 1 kilogram
gelembung renangnya, yang dipercaya memiliki khasiat obat, naik dari
beberapa dolar saja pada 1930-an menjadi US$ 20-70 ribu.
Kombinasi berbagai masalah itu menunjukkan bahwa kematian spesies laut
di seluruh dunia yang akan terjadi dalam waktu dekat ini akan menyaingi
kepunahan massal di masa lalu.
"Kematian terumbu karang saja
sudah dapat dianggap sebagai kepunahan massal," kata Alex Rogers, yang
juga peneliti dari University of Oxford. Sebuah peristiwa
bleaching
pada 1998 membunuh seperenam terumbu karang tropis dunia. Kematian
karang berumur 1.000 tahun di Samudera Hindia itu sangat tak terduga.
Sebuah studi berbeda yang dirilis pekan lalu juga memaparkan dengan
detail tentang kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global. Studi
itu menemukan bahwa permukaan samudera dunia naik secara signifikan
selama satu abad terakhir.
http://www.tempo.co/read/news/2011/07/01/095344193/Biota-Laut-Terancam-Punah